Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing." (Imam Syafi'i) 10. "Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. Menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa. 3. Menyampaikan kata-kata yang benar di hadapan orang diharap atau ditakuti." (Imam Syafi'i)
Senin, 04 November 2019 103507 WIB Dibaca 70080 Kali Editor Drs. Johansyah Syafri - Reporter - Fotografer Teks foto Kadis Kominfotik Kabupaten BengkalisBelum lama ini. Sehabis apel masuk kantor, seorang sejawat ke ruang kerja kami. Dia menceritakan perihal sesuatu. Tentang sebuah peristiwa yang dialaminya sehari sebelumnya. Belum the end tuntas’ ceritanya, langsung kami potong. “Lain kali, tak usah dilawan. Meneng wae! Lebih baik diam! Selesai masalah!,” penggal kami. Kami potong, karena kami sudah tahu dan paham betul the main character pemeran utama’ di tuturannya itu. Kami berani begitu, juga dikarenakan almarhum ebak ayah’ memberikan tunjuk ajar demikian. Tak mungkin ebak mengajari anaknya sesuatu yang tak rancak. Tak elok. Tak santing. Setiap orang tua yang baik, tentu akan mengajarkan sesuatu yang sadis sangat cantik’ bahasa Ambon, Maluku pada buah hatinya. Bahkan tersadis. Kata ebak, satu diantara orang yang tak boleh dilawan yaitu orang buyan bebal; bodoh’. Apalagi buyan bange bebal nian’. Islam, agama yang kami anut, pun mengajarkan umatnya demikian. Firman-Nya dalam surah Al-A’raf ayat 199, artinya, “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” Bodoh di ayat tersebut, sesuai sebuah rujukan, adalah sok pintar. Sok, tipe orang seperti ini tak mau mendengar pendapat orang lain. Siapa pun berseberangan pasti salah. Demikian bunyi Pasal 1 dalam diskresinya. Sedangkan Pasal 2 dalam regulasinya yang tak bisa diamandemen itu, “Kembali ke Pasal 1.” Ali bin Abi Thalib pun “muak” dengan orang bebal. “Jangan nasihati orang bodoh, karena dia akan membencimu. Tapi, nasihatilah orang berakal, niscaya dia akan mencintaimu,” pesan Ali bin Abi Thalib. "Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama, maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh, akan menambah kebijaksanaanmu, dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu," kata Sayidina Hasan al Basri. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i juga memberi petuah sama. Dia bahkan menyarankan tak usah berteman dengan orang bebal. Imam Syafi’i, adalah seorang ulama besar yang banyak berdialog. Piawai berdebat permasalahan agama. Alkisah, saking pandainya berdebat, Harun bin Sa’id pernah berkata, “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapatnya bahwa sebuah tiang kayu yang aslinya terbuat dari besi, tentu dia akan menang.” Imam Syafi’i tak mau berdebat dengan orang pandir. “Setiap kali berdebat dengan kaum intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tak berdaya.” Lainnya, “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek, aku tak ingin menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut. Laksana kayu wangi dibakar, malah menambah harum.” Kemudian, ujarnya, “Berkatalah sekehendakmu tuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukan berarti aku tak punya jawaban, tetapi tak pantas bagi singa meladeni anjing.” Lainnya, “Apabila orang bodoh mengajakmu berdebat, maka sikap terbaik adalah diam, tak menanggapi. Jika kamu melayaninya, maka kamu bakal susah sendiri. Dan, bila kamu berteman dengannya, maka ia kan selalu menyakiti hati.” Masih kata Imam Syafi’i, “Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.” Katanya juga, “Apakah kamu tak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong.” Imam Syafi’i mengakui sulitnya berargumentasi dengan orang jahil, “Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku pasti tak menang dengan seorang yang jahil, karena orang jahil tak pernah paham landasan ilmu.” Larangan bersahabat dengan orang bodoh, bukan hanya dikatakan Imam Syafi’i. Buddhisme juga memerintahkan begitu. “Dengan orang-orang bodoh, tak ada persahabatan. Lebih baik seseorang hidup sendiri daripada hidup dengan para lelaki egois, angkuh, pemberontak, dan kepala batu,” tegas Sidharta Gautama. “Jangan balas kebodohan dengan kebodohan. Jangan balas keterpurukan akhlak, kecuali dengan kebijaksanaan, kedewasaan,” kata ustaz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya di Bila tak pandai menari, jangan lantai dibilang terjungkat. Bengkalis, 4 November 2019
Georgememang tidak seperti anjing kebanyakan. Berdiri di dengan tinggi hampir 43 inci dari kaki hingga ke bahu. Bahkan Dane lebih pantas disebut sedang berpose dengan seekor kuda di bandingkan dengan seekor anjing. Bahkan ada yang mirip singa karena bulu yang tumbuh di mukanya begitu panjang, mirip surai raja hutan Afrika itu.
Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing". (Imam Syafi'i) "Amalan yang paling berat diamalkan ada tiga, yaitu dermawan saat yang dimiliki sedikit, menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa, dan menyampaikan kata-kata yang benar di hadapan orang diharap atau ditakuti". (Imam Syafi'i) Bukanberarti aku tidak punya jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing (imam syafi'i) | Berkatalah sepuasmu untuk menghina ku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukan berarti aku tidak punya jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing (imam syafi'i) . suara asli - zayn.
Bukanberarti aku tidak mempunyai jawaban, akan tetapi tidak pantas bagi singa untuk meladeni anjing. Sedangkan kata Ali bin Abu Thalib, Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu. Hehehe.
Berkatalahsekehendakmu untuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing ; Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. Menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa. 3. Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing (Imam Syafi'i) Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. Menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa. 3. Menyampaikan kata-kata yang benar dihadapan orang diharap atau ditakuti (Imam Syafi'i) Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing" (Imam Syafi'i) 10. "Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. Menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa. 3. Menyampaikan kata-kata yang benar dihadapan orang diharap atau ditakuti" (Imam Syafi'i) 11. Ayam itik, kambing, anjing, kucing, dan binatang piaran lain juga bisa membawa rezeki. Tetapi ada juga yang membuat pencarian jadi susah. Dalam hal yang demikian pendatang baru itu membawa sial, menolak rezeki. masuk ke rumah depan yang biasanya hanya untuk menerima kawan-kawannya atau tamu yang pantas dihormati. Tidak untuk seorang kampung.
\n\n tidak pantas singa meladeni anjing
.
  • 2738ho3l9r.pages.dev/97
  • 2738ho3l9r.pages.dev/202
  • 2738ho3l9r.pages.dev/284
  • 2738ho3l9r.pages.dev/380
  • 2738ho3l9r.pages.dev/221
  • 2738ho3l9r.pages.dev/32
  • 2738ho3l9r.pages.dev/435
  • 2738ho3l9r.pages.dev/459
  • tidak pantas singa meladeni anjing